Teks Artikel: Pengertian, Ciri, Struktur, dan Jenis7 min read
Reading Time: 5 minutesHai, teman ambis! Pasti nggak sedikit dari kalian yang mendapatkan tugas untuk menulis artikel di sekolah. Sebelum menulis artikel, kalian harus memahami terlebih dahulu pengertian, ciri-ciri, struktur, dan jenis teks artikel. Apabila sudah memahaminya, maka teman ambis pasti bisa menulis artikel dengan baik dan benar. Tidak perlu pusing-pusing lagi, langsung saja, yuk kita simak bersama-sama pembahasan berikut ini!
Definisi
Artikel dapat diartikan sebagai tulisan yang memuat gagasan, ide, ataupun pendapat dari penulis terkait isu yang sedang dibincangkan oleh masyarakat. Penulisan artikel menggunakan bahasa ilmiah populer. Sementara itu, isi artikel didukung oleh argumen yang kuat berdasarkan data dan fakta. Kini, teks artikel telah marak di dunia maya maupun media massa.
Ciri-Ciri
Di dalam artikel ilmiah pasti terdapat fakta dan opini yang memperkuat fakta. Fakta ialah suatu kejadian atau peristiwa yang sungguh-sungguh real sesuai dengan data yang ada. Pada umumnya, fakta mampu memberikan jawaban dari pertanyaan siapa, di mana, apa, berapa, dan kapan. Opini ialah ide, gagasan, dan pendapat yang memantapkan fakta agar argumen yang dibuat lebih masif. Opini harus memberi jawaban atas pertanyaan mengapa dan bagaimana. Opini juga dapat berupa solusi untuk mengatasi isu yang sedang dibahas. Namun, opini harus dapat dipertanggungjawabkan oleh penulis sehingga tidak hanya karang-mengarang. Tujuan opini untuk mendukung fakta-fakta berdasarkan data.
Struktur
Struktur artikel terdiri dari 3, yakni:
- Pernyataan pendapat, bagian ini berisi isu atau topik yang akan dibahas dalam artikel. Tentunya memaparkan terkait fakta-fakta yang sedang dipermasalahkan oleh publik. Pernyataan pendapat bisa berupa data-data realitas yang terjadi.
- Argumentasi, bagian ini berisi alasan dan pendapat untuk memperkuat fakta terhadap isu yang dipaparkan. Argumentasi dapat diungkapkan dengan melihat dari berbagai sudut pandang. Argumen yang kuat ialah argumen yang didukung oleh data faktual, akurat, dan tepercaya. Argumen yang bersifat subjektif harus membangun dan mengandung solusi sehingga pembaca dapat memahami dengan baik.
- Pernyataan ulang pendapat, argumentasi yang sudah diuraikan wajib ditegaskan kembali di bagian ini. Hal itu dilakukan agar pembaca memiliki kepercayaan yang eksesif dan tidak meraba-raba terkait isu yang terjadi. Pembaca juga dapat berpikir tindakan yang harus dilaksanakan untuk menyelesaikan isu tersebut.
Kaidah Kebahasaan
Kaidah kebahasaan artikel terdiri dari:
- Adveribia frekuentatif, contohnya: tidak pernah, jarang, terkadang, sering, selalu, biasanya.
- Keterangan aposisi merupakan keterangan yang saling menggantikan dan diapit dengan tanda koma, tanda kurung, dan tanda pisah.
- Perbendaharaan kata
- Konjungsi yang biasanya digunakan dalam artikel untuk memperkuat pendapat ialah konjungsi padahal, sedangkan, sementara itu, selain itu, misalnya, justru, seperti. Ada pula konjungsi untuk mengungkapkan keinginan, seperti konjungsi supaya, agar, untuk. Konjungsi untuk memaparkan keterkaitan sebab-akibat, yakni sejak, selanjutnya, sebelumnya, setelah itu.
Kaidah bahasa dalam artikel bersifat ilmiah populer, bukan menggunakan bahasa ilmiah atau akademik. Penggunaan bahasa ilmiah populer sesuai karena pembacanya masyarakat umum. Publik lebih suka membaca teks artikel yang tidak sukar untuk dipahami, isinya ringkas, langsung ke intinya, mudah dibaca, dan bahasa yang komunikatif. Jadi, penggunaan bahasa sangat penting diperhatikan agar pembacanya tepat sasaran. Pemilihan kata juga perlu agar tidak meyusahkan pembaca untuk memahami maksud artikelnya.
Cara membedakan opini dengan fakta menggunakan kaidah bahasanya. Opini bercirikan kutipan ungkapan orang lain yang ditandai dengan tanda petik dua, penggunaan kata yang tidak pasti (kemungkinan, sepertinya, rasanya), penafsiran fakta dari segi bahasa penulis, dan menggunakan kata untuk mengungkapkan pendapat, seperti kata saran, seharusnya, sebaiknya. Opini merupakan hasil pemikiran penulis atau orang lain yang bersifat subjektif dan belum tentu benar. Sementara itu, fakta lebih kepada kenyataan yang sungguh-sungguh terjadi ditandai dengan terdapat informasi akurat dan keadaan sesugguhnya secara publik.
Jenis
Ada beberapa jenis artikel, sebagai berikut:
- Artikel ilmiah, bahasanya bersifat ilmiah dan berkaitan tentang penelitian.
- Artikel ilmiah populer, bahasanya lebih populer karena pembacanya masyarakat umum.
- Teks opini, teks yang digunakan untuk menulis gagasan, sudut pandang, ataupun ide dari penulis.
- Tajuk rencana, karangan utama dalam terbitan berkala.
- Editorial, artikel berupa pendapat atau ungkapan dari sudut pandang editor maupun pemimpin terbitan berkala.
Contoh Teks Artikel
Esensi Sintaksis Tetap Eksis
Kajian sintaksis perlu ditelaah lebih lanjut karena penting dipahami bagi pengguna bahasa. Pengguna bahasa pasti memerlukan sintaksis untuk menyusun kalimat dengan baik dan benar. Seseorang yang memiliki ide cemerlang akan kesulitan memaparkan idenya karena kurang memahami ilmu sintaksis. Pemahaman sintaksis digunakan untuk menyusun kalimat-kalimat yang sesuai kaidah kebahasaan, sistematis, tidak ambigu, dan padu. Hal itu juga berfungsi dalam peningkatan pemahaman penyimak/pembaca terhadap kalimat yang disampaikan oleh pembicara/penulis.
Pengguna bahasa yang ingin memahami sintaksis harus mengetahui esensi dari sintaksis terlebih dahulu. Esensi sintaksis terdiri dari pengertian, objek kajian, hubungan sintaksis dengan morfologi, dan hubungan sintaksis dengan wacana. Keempat materi tersebut wajib dipelajari sebelum menelaah seluk-beluk sintaksis yang mendalam. Buku dan jurnal terkait sintaksis ataupun linguistik dapat menjadi referensi untuk memafhumi 4 materi hakikat sintaksis.
Arti sintaksis dari segi bahasa ada 2, yaitu bahasa Inggris dan bahasa Belanda. Istilah sintaksis dalam bahasa Inggris yaitu syntax dan bahasa Belanda yaitu syntaxis. Objek kajian sintaksis terdiri dari frasa, klausa, dan kalimat. Namun, Ramlan (2005) menyatakan bahwa objek kajian sintaksis terdiri dari 4 bagian, yakni: frasa, klausa, kalimat, dan wacana. Makna dari frasa ialah 2 kata/lebih yang tidak melebihi watas fungsi dan bagian dari klausa maupun kalimat. Klausa adalah unit gramatikal yang berupa gabungan dari subjek dan predikat dengan ada atau tidaknya objek, keterangan, ataupun pelengkap. Sedangkan, bagian tertinggi dari pembahasan sintaksis adalah kalimat. Kalimat dapat dijelaskan sebagai unit dari gramatikal yang memiliki jeda panjang sebagai pembatas. Di akhir kalimat, terdapat nada naik dan turun sesuai jenis kalimat (Santhi, 2018). Paling tidak, jenis kalimat terdiri dari 3, yaitu kalimat pernyataan, kalimat interogatif, dan kalimat imperatif. Wacana merupakan unit bahasa paling lengkap dalam tingkatan gramatikal.
Sintaksis mempunyai 4 kategori utama, yakni verba, nomina, adjektiva, dan adverbial. Ada pula kategori tambahan berupa kata tugas terdiri dari konjungtor, preposisi, dan partikel. Selain itu, sintaksis juga memiliki 5 fungsi utama dan 3 fungsi lain. Kelima fungsi utama sintaksis, yakni: subjek, objek, predikat, keterangan, dan pelengkap. Tiga fungsi lain dari sintaksis, yaitu: koordinatif (fungsi yang menyatukan dengan setara), atributif (fungsi yang memperjelas fungsi lainnya), serta subordinatif (fungsi yang menyatukan dengan bertingkat) (Alwi, Darmowidjojo, Lapoliwa, & Moeliono, 2003).
Kajian sintaksis tidak terlepas dari bidang linguistik lain, seperti morfologi dan wacana. Hubungan sintaksis dengan morfologi yaitu sintaksis berupa ilmu yang berkaitan dengan tata kalimat dan morfologi merupakan ilmu mengenai kata. Kata dalam morfologi menjadi objek kajian terbesar. Sedangkan, kata dalam sintaksis menjadi objek kajian terkecil. Keduanya ada pembahasan tentang kata. Konsentrasi morfologi tertuju pada struktur internal kata dan sintaksis terarah ke gabungan kata yang menjadi frasa, klausa, maupun kalimat. Morfologi juga satu lingkup dengan sintaksis dalam tata bahasa pada peta konsep.
Sintaksis untuk mempelajari seluk-beluk kalimat yang terdiri dari paduan kata. Kata merupakan salah satu objek kajian morfologi. Dengan begitu, bagian sintaksis masih berkaitan erat dengan bagian morfologis (Istiqamah, 2019). Paparan dalam sintaksis yang membahas tentang kata dan kelompok kata sehingga menghasilkan frasa, klausa, kalimat, serta wacana (Darwin, Anwar, & Munir, 2021). Sedangkan, paparan dalam morfologi sama dengan sintaksis yang membahas kata tetapi ada juga pembahasan mengenai morfem.
Sangkut paut antara sintaksis dengan wacana yaitu wacana terdiri dari susunan kalimat dan kalimat menjadi objek kajian sintaksis. Unsur-unsur wacana berupa kalimat, unit dalam kalimat berupa klausa, unit dalam klausa berupa frasa, dan unit dalam frasa berupa kata. Sintaksis sebagai unsur dari linguistik yang memaparkan bagian-bagian dari satuan dan hubungan fungsional maupun maknawi antara bagian-bagian tersebut dalam satuan (Ramlan, 2005).
Penulis wacana wajib menguasai sintaksis untuk meningkatkan kemampuan menciptakan tulisan yang sistematis (Santoso, 2020). Tulisan dibuat dari rangkaian kalimat. Kalimat-kalimat tersebut menghasilkan paragraf dan menjadi wacana. Wacana merupakan perpaduan dari kalimat-kalimat yang utuh secara leksikal, gramatikal, dan semantik (Chaer, 2009). Oleh karena itu, penulis wacana perlu memahami ilmu sintaksis yang berkaitan dengan pembuatan kalimat.
Berdasarkan pembahasan yang telah dipaparkan dapat disimpulkan, sebagai berikut:
- Sintaksis merupakan bagian dari linguistik yang digunakan untuk memahami struktur kalimat.
- Objek kajian sintaksis yaitu kata, frasa, klausa, kalimat, dan wacana sebagai gabungan dari kalimat-kalimat.
- Hubungan morfologi dengan sintaksis berkaitan dengan kata.
- Hubungan wacana dengan sintaksis berkaitan dengan kalimat.
Wah, kita belajar banyak hari ini tentang teks artikel. Selain teks artikel, masih banyak lagi materi bahasa Indonesia yang wajib kamu pelajari untuk diterapkan dikehidupan sehari-hari, lho! Materi-materi lainnya bisa kamu pelajari bareng guru les privat bahasa Indonesia di Teman Belajar. Yuk, pesan guru les privatmu sekarang, karena di Teman Belajar #SemuaAdaGurunya.
