Teks Anekdot: Pengertian, Ciri, Struktur, dan Contoh6 min read
Reading Time: 5 minutesHalo, teman ambis! Kalian pasti tidak jarang menemukan cerita-cerita lucu di majalah ataupun banyak artikel di internet. Membaca cerita lucu menjadi bisa menjadi hiburan dan membantu memperbaiki mood saat kita sedang bosan. Tapi, apakah kalian tahu bahwa cerita lucu juga dapat menjadi salah satu bentuk kritik sosial yang membangun bila disampaikan dalam bentuk teks anekdot? Apa sih sebenarnya teks anekdot itu? Bagaimana cara menyampaikan kritik dalam bentuk cerita lucu? Daripada bingung, langsung saja kita simak pembahasan berikut ini ya!
Definisi
Teks anekdot merupakan teks singkat yang lucu dan mengesankan. Umumnya, teks anekdot mengangkat cerita dari tokoh masyarakat atau kejadian di masyarakat yang ditulis dengan menambahkan unsur kelucuan dan sindiran. Meskipun demikian, teks anekdot ada pula yang ditulis sepenuhnya berdasarkan imajinasi. Teks anekdot bertujuan untuk menyampaikan pesan dan kritikan terhadap fenomena sosial di masyarakat. Selain itu, teks anekdot juga bertujuan untuk menghibur, sebagai contoh dalam menjelaskan sesuatu, menarik perhatian pembaca, dan sebagainya. Unsur kelucuan sangat ditonjolkan dalam teks anekdot dan menjadi ciri khas teks tersebut. Dahulu, teks anekdot dimunculkan dalam surat-surat kabar atau media cetak, namun sekarang teks anekdot dapat dijumpai dalam meme, cuplikan dialog, maupun unggahan di sosial media.
Ciri-Ciri
Teks anekdot yang mengangkat suatu fenomena dengan unsur kelucuan atau sindiran memiliki beberapa ciri yang membedakannya dengan teks lain. Adapun ciri-ciri teks anekdot antara lain:
- Bersifat humor atau lelucon, artinya teks anekdot menceritakan hal-hal yang lucu dan mengandung bualan.
- Bersifat menggelitik, artinya teks anekdot mampu membangkitkan tawa pembaca.
- Bersifat menyindir dan mengandung kritikan yang membangun, teks anekdot umumnya ditulis berdasarkan suatu fenomena sosial tentang figur tokoh masyarakat yang dekat dengan kehidupan sehari-hari atau suatu kejadian di masyarakat.
- Berbentuk cerita singkat atau dialog.
- Memiliki tujuan tertentu.
- Kisah yang diceritakan hampir mirip dengan dongeng.
- Tidak hanya menceritakan karakter manusia saja, tetapi juga karakter hewan yang dikemas dengan bahasa menarik dan realistis.
Struktur Teks Anekdot
Struktur teks anekdot terdiri dari lima bagian, yaitu abstraksi, orientasi, krisis, reaksi, dan koda.
1. Abstraksi
Abstraksi adalah struktur pertama dalam teks anekdot. Abtraksi berfungsi untuk memberikan gambaran awal isi teks. Umumnya, abstraksi menunjukkan hal unik atau khas yang ada di dalam teks. Bagian ini bersifat opsional, artinya boleh ada dan boleh tidak.
2. Orientasi
Orientasi merupakan bagian teks anekdot yang menggambarkan latar belakang peristiwa atau suatu masalah terjadi. Orientasi menjelaskan awal mula kejadian dalam keseluruhan teks anekdot.
3. Krisis
Krisis merupakan bagian di mana masalah atau hal yang unik terjadi. Bagian ini juga bersifat menghibur dan mengandung lelucon.
4. Reaksi
Reaksi merupakan bagian pemecahan masalah tokoh di bagian krisis. Pada bagian ini, penulis menggambarkan penyelesaian masalah atau konflik tokoh dengan cara penulis sendiri.
5. Koda
Bagian koda berisi simpulan atau amanat dari keseluruhan jalan cerita. Bagian ini bersifat opsional.
Kaidah Kebahasaan Teks Anekdot
Meskipun teks anekdot bersifat humor, cenderung menghibur, dan tidak mengandung hal-hal serius, penggunaan bahasa dalam penulisan teks anekdot tetap harus diperhatikan. Penggunaan bahasa ini juga menjadi salah satu ciri yang membedakan teks anekdot dengan teks humor. Jika penulisan teks humor umumnya tidak memerhatikan kaidah kebahasaan, maka pada teks anekdot berlaku sebaliknya. Adapun kaidah kebahasaan teks anekdot yakni sebagai berikut:
- Menggunakan pertanyaan retorika atau pertanyaan yang tidak membutuhkan jawaban, Teks anekdot umumnya berisi kalimat-kalimat pertanyaan yang tidak membutuhkan jawaban, misalnya “Baru pulang, ya, Mas?”, “Wah tempatnya jauh, ya?”, “Bagaimana bisa kamu tega menyakiti hati orang yang mencintaimu?”, dan sebagainya.
- Menggunakan kata kerja aksi, kata kerja aksi merupakan kata kerja aktif yang menunjukkan subjek sedang melakukan kegiatan, tindakan, atau perbuatan. Contoh kata kerja aksi antara lain, menulis, mendorong, mengendarai, mengangkat, dan sebagainya.
- Menggunakan konjungsi temporal, konjungsi temporal merupakan konjungsi atau kata penghubung yang menyatakan urutan waktu, misalnya setelah itu, kemudian, lalu, beberapa detik setelahnya, dua hari kemudian, dan sebagainya.
- Menggunakan kalimat atau kata yang menyatakan peristiwa masa lalu
- Menggunakan kalimat perintah atau imperatif
Langkah-Langkah Menulis Teks Anekdot
Langkah-langkah menulis teks anekdot terbagi dalam enam tahap, yaitu
- menentukan tema atau topik,
- menentukan tokoh terkait,
- menentukan latar belakang peristiwa atau kejadian utama dalam cerita,
- merinci peristiwa ke dalam lima bagian teks anekdot, yaitu abstraksi, orientasi, krisis, reaksi, dan koda,
- mengembangkan kerangka tulisan menjadi sebuah teks anekdot yang utuh, dan
- menyunting teks anekdot.
Contoh Teks Anekdot
Es Apa yang Jadi Transportasi?
Anissa Nur
Di suatu sore yang teduh, dua sejoli sedang berboncengan menuju suatu tempat. Suasana jalanan sore yang tidak terlalu ramai dan diselimuti angin sepoi-sepoi begitu menyejukkan bagi dua sejoli ini. Di tengah perjalanan, si laki-laki bertanya, “Kamu udah mandi belum?”. Si perempuan yang terkejut dengan pertanyaan itu segera menjawab, “Ya udah lah,” Si laki-laki tertawa kecil, sementara si perempuan masih heran. Bagaimana bisa ia pergi tanpa mandi terlebih dahulu? Melihat dari kaca spion jika si laki-laki tertawa, si perempuan tersenyum tipis. Beberapa detik setelahnya, diabaikan pertanyaan itu.
Setelah mengendarai motor sekitar empat puluh lima menit, mereka berhenti di tepi jalan. Melihat ada penjual es dan gerobaknya yang begitu membangkitkan rasa haus. Si perempuan turun dari motor, si laki-laki memarkirkan motornya. Mereka memesan es dua gelas. Lalu duduk-duduk di trotoar sambil melihat lalu-lalang kendaraan. Sembari menunggu penjual es menyajikan es, si perempuan kembali teringat dengan pertanyaan di jalan tadi. Ia lalu bertanya pada si laki-laki.
“Kamu udah mandi belum?” tanyanya. Si laki-laki menjawab dengan polos sambil menggelengkan kepala, “Belum.” Si perempuan terkejut. Bisa-bisanya pacarnya belum mandi. Ia menggelengkan kepala dan tersenyum pelan. Masih dengan wajah polosnya, si laki-laki bercerita tentang kejadian yang dialaminya kemarin malam.
“Aku kemarin makan hati, tapi ada uget-ugetnya.”
“Hah? Serius?” Si perempuan tidak percaya. Mendengar pacarnya makan hati yang ada uget-ugetnya, ia tertawa.
“Serius.”
“Hati apa?”
“Hati ayam.” jawab si laki-laki dengan wajah datar dan tampak pasrah.
“Kok bisa?” tanya si perempuan yang masih tertawa.
“Itu hati selumbari, pas aku kemarin mau makan, lupa aku panasin, ya udah.”
“Hahaha,” Si perempuan terus menertawai si laki-laki. “Terus gimana?” tanyanya lagi.
“Aku buang. Untung belum mati.”
“Hahahaha,”
Si perempuan terus-terusan tertawa, sedangkan si laki-laki dari tadi memasang wajah datar sambil menatap jalan di depan dan sesekali menatap si perempuan. Dua menit kemudian, penjual es menyajikan dua gelas es kepada mereka. Sebelum meminumnya, si laki-laki bertanya.
“Es, es apa yang jadi transportasi?”
“Hah?”
“Es apa, hayo?”
“Es apa?” Si perempuan terlihat bingung.
“Tebak dulu,”
“Mana ada es bisa jadi transportasi?”
“Ada.”
“Mana mungkin?”
“Kenapa malah cari-cari mungkin?”
“Astaga, maksudku nggak mungkin.”
“Mungkin, ya.”
“Es apa coba?”
“Es kapal.”
“Hahaha, bisa-bisanya,” Si perempuan kembali tertawa. Ia menatap segelas es di tangannya, memang ia dan pacarnya membeli es kapal saat ini.
“Beruang apa yang nggak punya uang?” tanya si laki-laki lagi.
Kali ini, si perempuan menangkap maksud pertanyaan si laki-laki. “Ya namanya beruang juga pasti punya uang,”
“Babi apa yang ngepet? Babi ngepet lah,” tanya si laki-laki yang kemudian dijawab sendiri.
“Apaan, sih? Ngga jelas banget, hahaha,” sahut si perempuan.
“Tikus apa yang suka mencuri?”
“Apa?”
“Tikus kantor.”
“Heh, udah. Jangan bahas ke arah sana, ih,” cercah si perempuan.
“Hahaha,” Kali ini si laki-laki yang tertawa. “Ya udah, buruan diminum, nanti esnya meleleh kayak cintaku ke kamu,” sambung si laki-laki.
Si perempuan tidak menjawab, ia hanya tersenyum.
“Nggak usah senyum,” kata si laki-laki.
“Kenapa?”
“Nanti gulanya insecure.” jawabnya.
“Dasar, ya,”
Mereka tertawa bersama. Sambil menikmati es kapal, mereka mengobrol tentang hal apapun yang bisa diobrolkan.
Matahari semakin condong ke barat. Bumantara berwarna abu-abu. Mulai memasuki waktu sandikala. Mereka memutuskan pulang. Selama perjalanan, si laki-laki terus mengajak si perempuan berbincang. Sesekali mereka tertawa bersama. Dua sejoli ini sepertinya nampak sangat bahagia
Wah, kita belajar banyak hari ini tentang teks anekdot. Sekarang, teman ambis bisa mencoba untuk menulis teks anekdot di note kalian sebagai latihan. Selain teks anekdot, masih banyak lagi materi bahasa Indonesia yang wajib kamu pelajari untuk diterapkan dikehidupan sehari-hari, lho! Materi-materi lainnya bisa kamu pelajari bareng guru les privat bahasa Indonesia di Teman Belajar. Yuk, pesan guru les privatmu sekarang, karena di Teman Belajar #SemuaAdaGurunya.
