Belajar Lebih Interaktif Dengan Teman Belajar

TemanPrivat

Belajar dengan guru les privat terbaik di Indonesia. Bisa online maupun offline.

Selengkapnya ➜

TemanTryout

Tryout Online dengan soal-soal HOTS dan pembahasan yang lengkap.

Selengkapnya ➜

Bahasa Indonesia Kelas 11 SMA

Teks Cerpen : Pengertian, Ciri, Unsur dan Contoh7 min read

10 Mei 2021 6 min read
pengertian cerpen | Teman Belajar

author:

Teks Cerpen : Pengertian, Ciri, Unsur dan Contoh7 min read

Reading Time: 6 minutes

Teman-teman ada yang hobi membaca nggak? Kalau kamu hobi membaca pasti kamu tidak asing lagi dengan novel maupun cerpen. Tapi apa bedanya novel sama cerpen? Jelas beda dong, cerpen merupakan cerita pendek yang mungkin hanya satu lembar atau halaman saja. Yuk simak penjelasan cerpen di bawah ini!

Definisi Teks Cerpen

Cerita pendek atau yang biasa disebut cerpen merupakan salah satu jenis karya sastra yang mengisahkan kehidupan manusia dengan penyajian yang pendek dan singkat. Cerpen bersifat sederhana. Kesederhanaan ini dilihat dari penyajian alur cerita yang sederhana, tokoh dan permasalahan dalam cerita tidak kompleks, dan tidak terjadi perubahan nasib pada tokohnya. Penyajian yang sederhana ini membuat cerpen berbeda dengan novel dan roman, meski pada dasarnya ketiga karya sastra itu sama-sama berjenis fiksi yang memiliki unsur intrinsik dan ekstrinsik. Jika novel memiliki alur dan penokohan yang kompleks, atau jika roman menceritakan kehidupan manusia dari lahir sampai meninggal, maka cerpen hanya menceritakan satu peristiwa dan sepotong alur saja.

Cerpen merupakan salah satu jenis karya sastra fiksi, artinya cerpen ditulis dari imajinasi penulis. Meskipun demikian, tidak menutup kemungkinan jika ada cerpen yang terinspirasi dari pengalaman penulis atau orang lain. Di Indonesia, cerpen mulai ditulis dan dikembangkan pada tahun 1930-an oleh pengarang angkatan Pujangga Baru. Cerpen kemudian berkembang pesat sebagai bentuk prosa dan sering dipublikasikan di media massa.

Ciri-Ciri Teks Cerpen

Cerpen sebagai sebuah cerita yang singkat memiliki ciri-ciri sebagai berikut:

  1. Panjang cerpen kurang dari 10.000 kata atau 10 halaman sehingga cerpen dapat selesai dibaca sekali duduk.
  2. Menyajikan satu peristiwa dan sepotong alur.
  3. Tidak terjadi perubahan nasib pada tokoh-tokohnya.
  4. Tidak harus menyajikan lima bagian alur secara lengkap (pengenalan atau orientasi, pemunculan masalah, klimaks, antiklimaks atau peleraian, penyelesaian).

Unsur-Unsur Teks Cerpen

Unsur-unsur dalam teks cerpen terdiri dari unsur intrinsik dan unsur ekstrinsik.

A. Unsur Intrinsik

Unsur intrinsik adalah unsur yang membangun cerita dari dalam. Unsur intrinsik meliputi:

1. Tema

Tema adalah ide, gagasan, atau makna dalam pengembangan cerita. Tema dalam cerpen tidak dibatasi. Penentuan tema tentu harus disesuaikan dengan sasaran baca, misalnya tema anak-anak untuk sasaran baca anak-anak, tema remaja untuk sasaran baca anak remaja, dan seterusnya.

2. Alur

Alur atau plot adalah rangkaian peristiwa suatu cerita yang dimulai dari pengenalan, pemunculan masalah, klimaks atau konflik, antiklimaks atau peleraian, dan penyelesaian. Alur dalam suatu cerita dapat berupa alur maju, mundur, dan campuran.

3. Latar

Latar dalam cerpen diklasifikasikan menjadi tiga, yaitu tempat, waktu, dan suasana. Latar merupakan unsur intrinsik yang melingkupi terjadinya peristiwa dalam cerita.

4. Tokoh

Tokoh adalah pelaku cerita. Biasanya, tokoh diklasifikasikan menjadi tiga, yaitu tokoh protagonis, tokoh antagonis, dan tokoh tritagonis. Tokoh protagonis adalah tokoh utama yang selalu dimunculkan dalam cerita. Kebanyakan tokoh protagonis bersifat baik, tetapi ada juga yang jahat. Sementara itu, tokoh antagonis adalah tokoh yang menentang tokoh protagonis. Lalu, tokoh tritagonis adalah tokoh penengah dalam cerita. Tokoh tritagonis kerap dijadikan pendamai atau jembatan penyelesaian masalah.

5. Penokohan

Penokohan adalah penggambaran tokoh atau pelaku cerita. Penokohan dibagi menjadi dua, yaitu penokohan analitik dan penokohan dramatik. Pada penokohan analitik, pengarang menggambarkan karakter tokoh secara langsung melalui narasinya. Sementara pada penokohan dramatik, pengarang menggambarkan karakter tokoh melalui tokoh lain atau hal yang berhubungan dengan tokoh, seperti dialog tokoh, kebiasaan tokoh, dan sebagainya.

6. Sudut pandang

Sudut pandang adalah cara seorang pengarang untuk menyajikan cerita. Ada dua sudut pandang dalam cerpen, yaitu orang pertama dan orang ketiga. Sudut pandang orang pertama meliputi orang pertama pelaku utama dan orang pertama pelaku sampingan. Adapun sudut pandang orang ketiga meliputi orang ketiga serba tahu dan orang ketiga sebagai pengamat.

7. Gaya bahasa

Gaya bahasa adalah cara pengarang menggunakan bahasa untuk menyampaikan isi cerita. Gaya bahasa bertujuan untuk memperindah cerita. Gaya bahasa memiliki banyak jenis, di antaranya personifikasi, litotes, metafora, simile, hiperbola, dan sebagainya.

8. Amanat

Amanat adalah pesan yang ingin disampaikan pengarang kepada pembaca. Amanat dalam suatu cerpen dapat ditemukan secara tersurat maupun tersirat.

B. Unsur Ekstrinsik

Apabila unsur intrinsik merupakan unsur pembangun cerita dari dalam, maka unsur ekstrinsik adalah unsur yang membangun sebuah cerita dari luar. Unsur ekstrinsik meliputi:

1. Latar belakang atau kondisi penulis.

2. Latar belakang masyarakat.

3. Nilai-nilai yang terkandung dalam cerpen.

Langkah-Langkah Menulis Cerpen

Dalam menyusun teks cerpen, diperlukan pemahaman dan keterampilan yang baik agar tercipta sebuah cerpen yang bernilai tinggi dan menarik. Ada delapan langkah dalam menulis cerpen, yakni

(1) Menentukan tema.

(2) Menentukan tujuan.

(3) Menentukan penokohan.

(4) Menetapkan alur.

(5) Menetapkan jalan cerita.

(6) Menentukan sudut pandang.

(7) Menyusun dialog.

(8) Menyusun judul.

Contoh Teks Cerpen

Semestinya Dikenang

Anissa Nur

Aku tak mengerti lagi mengapa kisah-kisah ini terus terpatri. Membumi dalam sinema-sinema pendek tak terperi. Setiap kali ku mengenangnya, setiap itu rinai air mata mengalir begitu saja. Selalu kuingat masa-masa bahagia di SMA. Masa-masa lepas bersemuka hingga ujung titik nestapa.

Tentang rasa yang tak selalu berakhir bahagia. Tentang mencintai yang tak melulu berujung memiliki. Ah, memiliki. Bertahan pada satu hati saja masih sulit dimengerti, sulit dijalani. Tak sama-sama sepemikiran, tak sama-sama seperasaan.

***

Januari, 2019.

Malam patah hati. Ah, patah hati katanya. Tetapi bagaimana lagi? Yang telah tandas takkan kembali terbalas. Aku menghela napas pelan. Mencoba menenangkan sesak dadaku yang kian menyempit. Bola mataku berulang-ulang membaca kalimatnya. Hatiku kalut. Kucoba semaksimal mungkin menahan air mata. Rasanya sangat tak kuasa. Aku memejam. Membayangkan kisah-kisah bahagia pada masanya yang seketika luluh-lantak pada malam tak berisak.

Sekali lagi, aku membaca kalimat yang dikirimnya melalui aplikasi Whatsapp. Cukup menyesakkan. Kubiarkan bibirku menyuarakan lirih kalimat itu.

“Tetap fokus sekolah dulu daripada mikir yang lain,”

Aku tersenyum pelan. Air mata berhasil mengalir tanpa sisa. Aku menangis dalam diam. Tak mengerti apa yang harus kutuliskan untuk membalas kalimat menyesakkan itu.

Tidak-tidak, ada kalimat yang lebih menyesakkan sebelum kalimat itu. Hatiku mengatakan untuk kembali membacanya. Akhirnya, kugeser ke atas ruang obrolanku dengannya. Sepatah dua patah kata mulai terlihat. Saat semua sudah ditampilkan dengan sempurna, bahkan saat baru membaca tiga kata, lidahku kelu. Sesak semakin menyeruak dadaku. Sekarang aku paham, mencintai tanpa bisa memiliki tak lebih menyakitkan daripada cinta yang katanya bertepuk sebelah tangan.

Aku kembali menangis. Menelungkupkan wajah di balik bantal yang sudah lumayan basah karena air mataku. Kusuarakan tangis dalam diam, sambil mencoba menahan satu-dua sesak tak berarak. Ia adalah yang terakhir menyisakan isak.

***

Penghujung Agustus, 2019.

Mbak Anissa,”

Kutolehkan pandangan ke arahnya. Jeda dua detik, aku melempar senyum. Sambil kulempar senyum, sambil hatiku berdegup tak berujung.

“Aku potong,” katanya dengan tertawa kemudian berjalan ke arahku.

Aku melebarkan senyumku. Sedikit tertawa. Ia memang memangkas rambutnya karena mengikuti aturan sekolah. Model rambut A1. Model rambut yang harus diterapkan siswa laki-laki SMA Negeri 1 Sukoharjo.

“Sini duduk,” pintaku.

Ia mengangguk. Lantas duduk di sampingku. Tersenyum. Kubalas segera. Hanya beberapa detik aku dengannya saling berpandangan, sambil sama-sama melempar senyuman. Saat-saat seperti ini selalu menjadi saat-saat bahagia dalam hidupku yang tak terperi. Tiga detik setelahnya, aku melihat sekeliling. Suasana pagi di SMA-ku selalu mengingatkanku pada rindu-rindu dan kisah pilu. Udara pagi masih terasa menyejukkan meski sudah pukul sepuluh pagi. Lalu-lalang siswa yang lewat, guru-guru berjalan di koridor, siswa yang berolahraga di lapangan, semuanya mengingatkanku pada kenangan satu tahun silam.

“Nih,” kataku sambil menyerahkan novel yang sudah kutulis dan terbit 1 Agustus lalu.

“Makasih lho, Mbak,”

“Sama-sama.”

Aku kembali tersenyum. Terlalu bahagia. Bersemuka dengannya dan membicarakan hal-hal sederhana justru lebih berharga daripada membicarakan perihal rasa. Aku dan ia kembali berbicara. Menceritakan kisah masing-masing sampai pada titik paling bising.

Satu jam sendiriku dengannya bersemuka. Duduk bersama di koridor depan ruang Usaha Kesehatan Sekolah (UKS), seraya menajamkan panorama pada siswa yang sesekali lewat di depan mata. Setelahnya, setelah kukira tak lagi ada yang perlu menyuara, kusudahi begitu saja. Ia mempersilakan aku pulang. Karena memang aku pergi ke SMA untuk mengambil ijazah dan menyerahkan novelku yang berisi kisah-kisahku dengannya. Kami berdiri, dan aku pergi.

***

Aku tersadar dari lamunanku. Aku juga baru menyadari jika persemukaan pagi itu tak seperti pagi-pagi biasanya, seperti dahulu saat aku masih kelas XI dan dia kelas X. Ia lebih diam. Binar mata yang setiap menatapku selalu berkaca-kaca, serasa tak lagi ada. Kemarin, kukira ada luka yang sengaja ditutupi. Atau memang sama sekali tak terluka. Atau mungkin sudah melupakanku sepenuhnya. Tetapi, yang kulihat, setelah malam patah hati itu, ia sedikit menjauh. Padahal aku sama sekali tidak menginginkannya. Tetapi semua sudah berjalan pada yang semestinya. Mungkin ini yang terbaik. Bertahan pada satu rasa tanpa berani lagi menyuarakannya.

Aku menghirup napas dalam-dalam. Dua menit sesudahnya, kubuang pelan-pelan. Kulihat langit-langit kamar. Sinar bulan yang masuk melalui genting kaca dan tak lagi ramainya suasana memberitahuku bahwa malam sudah terlalu larut. Aku harus menyelesaikan tugas kuliahku yang baru memasuki semester satu.

Kutatap kursor di depanku yang berkedip-kedip. Kuputuskan untuk menutupnya. Tidak akan meneruskan cerita-cerita tawa nestapa di SMA. Karena dengan menulisnya justru akan kembali membuka luka lama yang telah kutenggelamkam dengan terpaksa.

 

Nah sekarang sudah bisa bedain kan cerpen sama cerita-cerita lainnya. Kalau kamu belum paham kamu bisa belajar dengan mengikuti les privat Bahasa Indonesia dari Teman Belajar. Kamu bisa pilih pembelajaran secara tatap muka maupun online. Tunggu apa lagi? Pesan les privat sekarang!

Les Privat | Teman Belajar
Leave a comment

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *